Senin, 10 April 2017

Mblakrak




Salah satu alasan kenapa saya doyan bersepeda, adalah daya tempuh dan jelajah yang cukup moderate. Atau malah bisa sangat jauh tergantung fisik pesepeda. Selama rute masih pancalable plus bisa dijangkau dengan kayuhan pedal, maka masih layak untuk dijelajahi. Kalaupun tidak, boleh dituntun kok  hehe.

Beragam alasan tiap orang menekuni hobi bersepeda. Mulai dari untuk refreshing sampai tujuan kesehatan. Yang doyan funbikeholic lebih banyak lagi. Mungkin karena ada hiburan plus doorprize menariknya. Sedangkan sebagian kecil lain lebih memilih ngalas. Menyendiri diantara Rimbunnya pohon pinus. Berdiri dipuncak bukit memandangi kota terhampar dari atas sana. Bisa jadi saya termasuk golongan yang model satu ini.



jalur aduhai

Banyak cara bisa ditempuh untuk menuju alas / hutan. Pertama dengan loading sepeda menggunakan motor atau mobil. Yang kedua adalah digowes sedari awal. Cara pertama lebih hemat tenaga tentunya, Apalagi jika personil yang berangkat cukup banyak, bisa lebih hemat waktu dan biaya. Sedangkan cara kedua hanya untuk mereka yang cukup ngeyel saja. Karena tentu tak ada perjalanan yang terlalu mudah.

selalu ditempuh dari aspal
Menyusuri Dusun. Jedong ke atas.
Entah sudah berapa kali saya melahap rute ini. Itupun dengan beberapa jenis sepeda. Mulai dari hardtail xc, roadbike dan yang terakhir sepeda fullsus. Dan harus diakui, ketangguhan mtb jenis hardtail xc sangat pas disebut sepeda segala medan. Geometry yang bersahabat plus tail  rigid menjadikan setiap kayuhan pedal terasa efektif. Maka tidak heran sepeda xc lebih dominan digunakan kebanyakan orang. Selain harganya yang cukup terjangkau, sepeda ini juga mudah dalam perawatan. Walaupun beberapa orang dengan skill dan dana yang luar biasa (hehehe) sukses juga melahap puluhan kilometer medan aspal juga tanjakan menggunakan mtb fullsus mereka. Luar binasa!

abaikan wajah lemes bin kusut 
 Perbukitan dikaki gunung Kawi memang tak ada habisnya dieksplorasi. Dulu sekali saya bersama beberapa teman pernah menuruni jalur dari atas Coban Glotak. Niat awalnya mencari jalur tembus ke Petungsewu atau mungkin Selorejo. Karena memang persiapan yang kurang kami kehabisan perbekalan ditengah hutan. Lalu diputuskan mencari jalur turun ke desa terdekat. Nah, kali ini adalah dalam rangka (kok kayak bahasa proposal ya hehe) mengulang rute tersebut dari jalur bawah.

jalur masuk
Sekian kilometer dari jalur masuk sepeda hanya bisa digowes sesekali, kemudian dituntun beberapa kali. Kontur jalan tanah dengan kemiringan super ekstrim jadi sajian pembuka. Seakan ada tulisan "Selamat datang selamat berbelanja " tercetak ditanahnya. Sungguh bukan medan favorit para biker. Maka saya sedikit sungkan mengajak beberapa kawan untuk turut serta bersusah ria dengan hobi mblakrak ini. Kecuali beberapa kawan yang memang tak semata mencari kesenangan wisata mainstream. Akan saya ajak dengan tangan terbuka.

didepan tanjakan aduhai menanti
Berkunjung ke alam bebas seringkali mengingatkan kita akan beberapa hal sepele namun penuh makna. Tentang perjalanan yang tak selalu mulus. Malah kadang lebih terjal, tak terlihat ujungnya. Pilihan pasti selalu ada. Turun lalu pulang lalu cari kuliner. Ataukah tetap melanjutkan perjalanan dengan modal sabar dan terus berharap ada sesuatu diatas sana. Untungnya Tuhan Maha Keren, selalu menyimpan keindahan dengan cara-Nya sendiri :)


pohon
ngaso ditengah tanjakan, uih
tuntun bike, sudah biasa
Setelah lama jalanan terjal menanjak kami tiba tanah terbuka yang rupanya habis dipaneh hasil buminya. Disini pula landscape pegunungan kokoh terhampar didepan mata. Layaknya gajian diawal bulan, rasanya kesusahpayahan selama perjalanan terbayar lunas dispot ini. Sungguh paten keren! Desiran angin yang menerpa pepohonan pinus memang tiada duanya. Sensasi sejuk damai dan ayem, nggak setiap hari dapat merasakan momen langka seperti ini.


Amazing!


Matahari semakin tinggi, hampir tengah hari. Pun perut kami meronta meminta haknya. Repot juga ketika nggak bawa banyak perbekalan sementara masih belum mau beranjak dari sini. Ya sudahlah, mungkin harus melipir ke warung terdekat. Setelah dari spot tadi, masih dilanjut keatas. Ada beberapa percabangan walau rasanya kurang meyakinkan. Lalu kami lanjut mendaki lebih ke sisi atas , lagi.

spot ngadem
Kejutan masih belum berakhir. Jalan setapak menanjak mulai landai, kemudian menurun. Pertanda bagus yang artinya mulai ada di lereng bukit. Semakin gelap dan rimbun. Sementara tumbuhan disisi track sedikit melengkung yang mungkin lambat laun jika dirawat bisa dibentuk sebuah lorong. Imajinasi ngawur yang cukup menarik.

lorong waktu

Mengambil percabangan mengarah kesisi kanan, berharap tembus ke perkebunan warga setempat. Hanya beberapa menit menyusuri jalur sudah tiba di kebun jeruk. Tanda tanda kehidupan lain pun mulai nampak. Artinya warung terdekat tidak lama lagi, hehehe.

Jalan pulang
Satu lagi perjalanan yang menakjubkan. Keindahan alam yang dibalut susah payah dari bawah. Sangat layak menyandang predikat Keren bin Kece. Lain kali saya akan kembali ke rute ini lagi. Mungkin sekedar jalan saja tanpa sepeda. Gosipnya jalur aduhai ini bisa mengarah ke pendakian gunung Butak. Kapan kapan bisa dicoba kontak penduduk sekitar nih.

Sekian, salam pancal sodara sodari ;)

jangan lupa makan, keshatanmu lho. itu. 


Jalur silaturahim
Strava id    Ardi Augusta 

ph.            0856 4829 2327
bbm           51FC53C7
instagram   @ardiaugusta


dibuang sayang


dibalik foto keren, ada tukang jepret yang total banget hehe
macro tipis tipis
bapak bapak
mendadak kesambet chris evan

Unknown Community Web

Media silaturahim antar pesepeda se-Indonesia. Berbagi kesan dan pengalaman dengan sepeda. Salam Gowes :) .

1 komentar:

  1. senang sekali baca blog samaean selain bagus juga kita karena satu daerah, saya punya keinginan bikin blog sepeda tp belum bs terlaksana. hehehe salam kenal

    BalasHapus