Senin, 11 Mei 2015

Sekelumit Kisah Gowes ke Paralayang



  

Alkisah disuatu pagi yang cerahnya nggak direncanakan (alasannya belakangan :p ) berangkatlah dia ke barat. Bukan untuk mencari kitab suci seperti sun go kong. Melainkan menyusul om Khanif yang janjian nunggu ditikum SPBU sekitar Unmuh.

Jam 6.20, barusan keluar rumah belok ke toko buat beli bekal. Dua bungkus roti seribuan yang bungkusnya cukup unik untuk bahan bakar gowes rute Malang - Gn. Banyak alias paralayang Kota Batu.

Pagi ini unik sekali. Setelah sedari sore kemarin hujan tak kunjung reda sampai tengah malam. Maka rencana gowes esok hari sudah urung dari awal. Derasnya hujan malah bikin betah didalam selimut. Tak bisa memancal pedal, kemul (selimut) pun jadi :D

Tak disangka ketika mentari menyapa dari pos seharusnya ia berada, hujan tak berani tampak barang setetes pun. Sungguh ajaib wakakakakakak.

Tikum jam 6.30 WIBM (waktu indonesia bagian Malangraya :p ). Dan saya kesiangan, duh! Om Khanif sebar chat di grup bbm kalo sudah ready dia nya. Yah daripada nunggu si pemuda kesiangan ini, biar brangkat duluan deh. sent! chat pun terkirim.

Jam 7 kurang 10 menit. Rasanya nggak banget kalo gowes solo lewat jalur utama ke kota batu. Asap kendaraan bikin makin ogah. Aha! ambil jalur alternatif saja. Via merjosari - tlogosari ke arah barat menuju bedengan.
Jl. Tlogosari Barat
Rute ini bergeser beberapa gang dari rute bedengan sebelumnya. Walaupun tujuannya tetap ke arah bedengan. Kenapa ambil rute ini? yah selain untuk variasi, sekalian cuci mata. Dijalur ini lebih sepi dari merjosari - joyogrand. Sempat ngos-ngosan melahap tanjakan pertama yang membuat hampir blackout. Jika anda mengalami hal ini, segeralah berhenti. Meneguk beberapa tetes air sambil mengatur nafas lebih baik ketimbang pingsan kan? Sebiji roti isi coklat jadi pengganjal perut yang nikmat, alhamdulillah.
Cukup beristirahat, trip masih panjang.

Sarapan :p
Tanjakan demi tanjakan masih dalam tahap wajar. Kanan kiri jalan yang tak kalah mempesona. Kebun jagung, tanaman tebu, cabai, hutan bambu jadi penghilang penat yang tak tergambarkan! Cakep buanget! Diujung jalan terlihat beberapa kendaraan bermotor melaju pelan. Lah? ternyata ada perbaikan jembatan dan pelebaran jalan. Ditambah jalan aspal berganti batu makadam, lumpur hasil galian terserak dijalanan. Plus hujan kemarin yang membuat track ini serasa jalur offroad sesungguhnya. Licin, hampir membuat sepeda oleng. Apalagi pengendara motor nggak mau ngalah. Oh nasib pesepeda.

sedikit makadam lumpur
Habis jalur offroad masuk kebun tebu. Hilir mudik anjing pemilik (rupanya) berlarian. Cuek aja ketimbang nguber saya huhuhu. Tiba dipersimpangan, jalur kanan tanah menurun. Sedangkan jalur kiri rata berbatu. Tekuk kiri menuju bedengan walaupun agak tergoda juga mencoba jalur kanan hehe.

jalur ladang tebu
Masuk jalur arah tegalweru Dau. Berbarengan dengan seorang bapak yang rupanya solo riding juga. Dari perempatan tugu beliau ambil arah kiri dan kami berpisah jalur karena harus ambil jalur kanan.
Rute dilanjut kearah Junrejo. Ada petunjuk arah yang jelas disetiap persimpangan pemirsa. Jangan kuatir kesasar. Jalan sangat bervariasi. Kata sesepuh istilahnya rolling. Sedikit tanjakan dan banyak turunan yang tak kalah menyenangkan. Dari sisi ini bisa melihat kota Malang dengan cukup jelas. Pemandangan yang indah sekali, joss!

Landscape gunung arjuno
Ditikungan junrejo langsung belok kiri kearah BNS tlekung. Matahari makin tinggi ngap ngap rasanya. Ganjel lagi dengan sebiji roti dan seteguk air sakti penghilang dahaga, siap melahap tanjakan edan berikutnya.

Tanjakan tlekung cukup ekstrim, lebar dan panjang . kendaraan super besar sering lewat mengangkut bongkaran. Dengkul mulai mengeluh dan teriak teriak minta rehat. Tanggung, rehat dipuncak aja. Toh BNS sudah dekat. lha itu :D
Gerbang Junrejo

Mampir sebentar isi botol air minum yang rupanya sudah kosong dari tadi. Ditanyain ibuk penjual, "gowes dari mana mas.." dari Malang jawabku. Eh si ibu cuma melongo mungkin nggak percaya ada orang edan kayak saya sepedaan jauh jauh cuma buat ngilanging penat :p.

Mulai masuk Kota Batu lewat jalur besar. Rehat di alun alun sambil ngabarin om Khanif udah sampe mana. Lah centang goreng doang bbmnya. Ah sudahlah. Keburu siang lanjut ketujuan utama. P.A.R.A.L.A.Y.A.N.G wew :/

Alun - Alun Batu

Menurut info, om Khanif rider sepeda mtb merah, entah merknya, apalagi wajahnya. Ane belum tau wkwkwkwk. Mata melihat 2 biji mtb nanjak juga di depan balaikota Batu. Sempet ane tanya tujuannya kemana. Ke Coban tengah jawab salah satunya. Berhubung beda tujuan overtake aja rombongan cozmic ini. Tring.!!!

Biasanya menuju obyek wisata paralayang kudu via Songgoriti. Kalo soloriding jangan lewat sana. Ntar ditawarin villa villa sama abang makelar nyesek lho, bwahahahahaha. pisss ^^v

dikaki tanjakan klemuk

Langsung ambil jalur bawah yang aslinya ada tanda marka bulat distrip putih. Sesekali aja, jangan dicontoh karena ini khusus darurat hemat daya tahan dengkul. Tanjakan awal masih ok, normal dan bisa ditoleransilah.
Sampai ditanjakan klemuk. Jedhieng! Ini tanjakan bener2 neraka deh. Nyiksa bener. Bukan hanya sudut kemiringannya tapi juga kontur jalan yg panjang dan menikung. Beuh. Ayolah masak nggak bisa, kata sisi kanan. Eh ini mission almost imposible bro! kata sisi kiri.
Tanggung kepalang basah berkeringat! pancal!

Sesi tuntun sepeda bareng :p

Dua tiga kali memancal bertahan diritme yang sama. Speed 1 x 1 dan masih berattttt. Berhenti beberapa kali. Keringat bercucuran, ah bukan ini sudah termasuk mengucur deras sekali. Otak mulai mencari solusi. Antara ego melahap tanjakan tanpa nuntun sepeda atau menyelesaikan rute dengan sedikit merelakan ego itu. Dititik akhir....

Yah, sudahlah.. Terpaksa dituntun. Sambil ancang ancang buat mancal lagi.

view dari 1/2 tanjakan

Seperti kata saya tadi, mengawali mancal dijalanan menanjak ekstrim sangat sulit. Beberapa kali hampir terguling sebelum akhirnya berhasil. Namun tanjakan ini masih nggak mau bersahabat dengan dengkul yang rupanya diambang batasnya.

Sampai tikungan 2/3 tanjakan jam 10.11 menit. Masih 1/3 menuju gunung banyak. Panas diubun ubun tak tertahankan dan Dengkul yang nggak mau diajak kompromi lagi membuat sebuah keputusan harus diambil. Yak, harus turun. Plus hari jumat mepet sama sholat jumat juga.

Sampai disini, limit.

Ah, misi kali ini failed. mungkin lain kali lewat jalur kota saja, lebih pendek dan hemat tenaga. Next dicoba lagi. Buat yang berminat gowes menikmati tanjakan klemuk batu, kontak saya :D

salam dua pedal! tetaplah gowes brader! (ardi)

kantor kades junrejo

narsis sepedanya, bukan orangnya


Unknown Community Web

Media silaturahim antar pesepeda se-Indonesia. Berbagi kesan dan pengalaman dengan sepeda. Salam Gowes :) .

4 komentar: