Minggu, 06 Desember 2015

Berpanas Panas Parangtejo




Ini adalah misi penebusan dosa  kesalahan. Karena pernah ngajak teman - teman kampung mencari letak parangtejo namun gagal cuma sampai pertigaan petungsewu hehehe. Salah juga sih waktu itu nggak mempertimbangkan kondisi fisik dan sepeda masing - masing. Jadilah waktu itu mblasak offroad, menikmati semilir angin sembari ngganyang tebu yg lagi dipanen. ojo ditiru yo cak :D




Minggu pagi cerah dimusim yang katanya musim hujan. Rencana pengen gowes melumpur terpaksa ditunda. Hujan males turun beberapa hari kemarin. Plus rekan segowesan nggak mau diajak kemana-mana. Setelah sempat bingung mau dipancal kemana si pacific biru akhirnya kepikiran misi ke Parangtejo.

+ Mas! itu bukannya coban lagi mas?
- ya emang coban meneh, hehehe
+ bosen mas, tulisanmu coban tok ae ket wingi - (bosan mas, tulisanmu coban aja dari kmaren)
- Lha gmn, Malang panas gini. Maen ke coban / air terjun kan destinasi yang passss
+ yo wes yo wes
- sippp! lanjut :D

Berangkat dari rumah jam setengah 7 pagi. Meleset 1 jam dari jadwal semula waddahellll. Itupun nggak sempet sarapan, ya karena memang belum ada menunya :( Pagi ini pake si biru pacific yang baru aja sehat setelah wheelset belakang ganti bearing kanan kirinya, dan ganti ban luar juga. Merk m**tiiiittt*s yang ditebus sambil merem ngerogoh dompet, ugh! Dalam hati berdoa saja ini sepeda nggak rewel diperjalanan selamat sampai rumah, aamiiiiin.

Melibas jalur aspal pandanlandung menuju kalisongo.

Tanjakan dibawah itu ngeri sekali

Rupanya beneran solo riding saya. Sepiii,,,,, Jalur keatas belum ada tanda pemancal meski berkali-kali tolah toleh. Baru sampai di ds. Kalisongo ada lah sebiji dua biji penggila tanjakan dibelakang saya. Sempat break sebentar, jantung dag dig dug terlalu cepat dan pinggang nyerinya ampun-ampunan. Ya ya ya, 2 minggu nggak mancal emang nggak bakal bohong :p Break berikutnya dipertigaan sebelum petungsewu. Melipir ditenda sederhana yang biasanya dipake penjual jeruk. Sepagi ini masih belum jualan rupanya, hmmm.

spot favorit :)

Ah iya, roti goreng hangat siap disantap sambil menikmati pemandangan.
Sesekali memandang ke warung di seberang jalan sana yang jadi rame oleh bapak - bapak pemancal juga, cari sarapan mungkin :) Saya sih nggak tau kenapa lebih memilih lesehan atau tepatnya dlosoran hahaha. Nyarap roti goreng diudara terbuka berbalut udara sejuk pagi hari nggak kalah kok sensasinya dengan makan burger diresto ala amrik. Alhamdulillah. enak!

Lanjut gowes menuju ds Selorejo arah bumi perkemahan Bedengan. Sehabis tanjakan mengerikan sebelum SD itu langsung belok kanan mencari yang namanya desa Gadingkulon. Kata-katanya lho, parangtejo itu letaknya disana. Lha wong saya blasss nggak tau, terserah setir dan ban menggelinding kemana aja deh. huehehe. Sempat ketemu club gowes bapak - bapak berumur pake jersey. Lempar senyum aja, walopun nggak ditawarin jeruk :)

Bahagia bersepeda itu, ketika ketemu turunan setelah tanjakan. Mengikuti jalur yang rolling - naik turun. Bonus turunan sungguh mengenyangkan menyenangkan. Sayangnya kesenangan saya berakhir didepan kantor desa gadingkulon. Subhanalloh, nanjak lagi mulai dari sini. kuatkan imanmu nak!

menanjak pakai ban profil 2.25 adalah gila -segila-gilanya

Ambil belok kiri dari kantor desa menuju ke atas. Bagi anda pecinta tanjakan, percaya sama saya. Jalur ini sungguh amat sangat biasa berkualitas! Dengan usaha yang amat sangat standar luar biasahhh!

Menyusuri Desa Gadingkulon
Selepas kantor desa, jalanan hanya tanjakan dan tanjakan saja. Fisik yang mulai kepayahan plus efek lama nggak gowes memaksa saya untuk berhenti sekedar nyruput minum atau sekedar mengambil nafas. Kalo ditarik garis lurus, sepertinya perkemahan Bedengan udah lewat dari tadi. Nggak heran kemiringan jalan makin atas makin gila! Sampai disatu jalan yang kanan kirinya ladang warga. Disana, sempat berhenti sekedar menikmati angin. fyuhhhhh. Wenak lloooppp. Saking enaknya 'nyangkruk' jadi males gowes lagi heheheh.

Spot angin, karena disini hembusan angin sejuk sekalee :) - zoom, sepertinya ada jalur dibawah sana


Setelah sekian menit mancal selow penuh kesabaran sampai disatu persimpangan. Disatu sudutnya ada papan penunjuk arah ke coban Parangtejo. Alhamdullillah, jalan sudah benar.

Tapi kok nanjak terus ya.
Lanjut keatas lagi sampai mentok perempatan, ambil arah panah ke kiri. Dan wow!. Makadam plus tanjakan, yaelah serius nih? seriuslah mas -_-

Yap, tanjakan berliku dan berbatu pula, adalah se-sengsara-nya sengsara bagi para pesepeda! Apalah dengkul saya yang nggak berkualitas ini. Berkali-kali kudu rela turun demi mendinginkan suhunya. Hari semakin siang, terik, perjalanan ini jadi semakin berat saja kawan.

habis aspal terbitlah makadam

Indonesia itu indah, lha? baru tau? :P

Kejutan dijalur makadam
Saya menemukan buah arbei / besaran dipinggir jalan. Rejeki tenannnn. Sedikit bernostalgia dengan buah favorit saya waktu kecil dulu hehehe. Maklumlah, air minum tinggal seuprit. Dahulu kala ketika pekarangan rumah tetangga saya masih hijau rimbun, makanan ndeso semacam ini banyak banget. Bentuknya mirip - mirip anggur versi mini. Nah yang sudah ungu kehitaman biasanya manis. Sayangnya buah pohon yang ini masem bin kecut. :p hrrrrrrrr

besaran bin arbei - nostalgia
makadam masih panjang
bawah

atas

Batu demi batu tanjakan makadam kembali dipancal dengan sisa - sisa tenaga saya. Track sesi ini sungguh berat. Jadi semakin berat ditambah sengatan matahari jam 10 siang. Setelah melewati kira - kira dua tanjakan berliku mulai terlihat setitik harapan nan jauh diatas sana. Ya, pos masuk Coban Parangtejo! Alhamdulillah...
Pos masuk Parangtejo

baca!

Pos pasuk kok ndak dijaga ya? padahal saya nggak bawa uang lho kan jadinya kebetulan ini :D Amit sewu nggeehh, saya nyelonong masuk huehehehe. Masuk jalur ini semuanya jalan tanah. Sungguh adem karena nggak lagi lagi deh ketemu tanjakan! Plis, ampun bos. Pokoknya bisa geber ngebut sesukamu disini. Papan petunjuk arah cukup jelas. Sungguh terlalu kalo sampai kisanak nyisanak kesasar dari spot ini.

jalur tanah

Sesampai dititik tertinggi ke coban. Dari sini bisa melihat pemandangan kebawah dengan leluasa. Kota Malang raya kecil sekali. Lalu dibanding dengan alam semesta ciptaan Tuhan, saya ini tak lebih dari sekedar debu. Menjelajah, semacam menikmati kebesaran-Nya sekaligus bersyukur, semuanya ini diciptakan untuk manusia. Mari kita jaga, agar anak cucu kita kelak nggak hanya kenal mall dan semeru yang sudah sangat dikomersilkan untuk rekreasi bukan lagi tempat merenung, memperbanyak syukur kepada-Nya :)

sebelum turun ke coban
pemandangan kebawah memang aduhai

Seperti coban glotak, untuk menuju spot coban / air terjun sebaiknya ditempuh dengan trekking - berjalan kaki. Lah kalo nggak ada petugas jaga gimana? ya dipancal saja sampe spot terdekat ke cobannya. Pesan saya, hati hati menuruni lerengnya. Cukup ekstrim lho. Selain nggak layak dipancal dibeberapa titik. Nggak layak dipancal juga pas perjalanan balik LOL.


Damn! rupanya ada bagian yang longsor dibawah. Alhasil sepeda sampai disini saja. Mari kita merayap diantara tanah dan batu longsoran.

Longsor nih
ngadem :)


Menikmati tetesan air terjun sambil merendam kaki. Sensasinya jauh lebih uasik ketimbang terapi ikan di mall itu. Nyuss pokoknya.


terik siang bolong

bunga yg cantik
Entah kenapa nggak ada niat bermandi ria dibawah coban. Saya lebih doyan makan bekal sambil berendam kaki saja. Anak-anak desa setempat yang bermain air diatas sana jadi tontonan yang kadang bikin saya senyum - senyum geli. Teringat masa-masa masih muda #kode uhuk!

masa kecil

Puas mendinginkan pikiran dan hati dengkul saatnya pulang. Ingat, be safe. Tujuan utama dr sebuah perjalanan bukanlah puncak, tapi pulang :) Sampai dengan selamat, bertemu dengan keluarga dirumah. Jangan terlena dengan turunan. Kecuali ada jempingan :D

pulang

wuih tanjakan lagi :)
Touch down rumah :D Alhamdulillah

Salam.
nb. pesan saya untuk anak-anak gahooel, nge-triplah sesukamu. Asal jangan dirusak :)
Jalur silaturahim
Strava id    Ardi Augusta

ph.            0856 4829 2327
bbm           51FC53C7
instagram   @ardiaugusta




Unknown Community Web

Media silaturahim antar pesepeda se-Indonesia. Berbagi kesan dan pengalaman dengan sepeda. Salam Gowes :) .

6 komentar:

  1. jare wong tuwo biyen "ojo sering2 lungo dewean mundak digondhol wewegombel" haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. menunggu partner 'mblakrak' tak kenal lelah dan jarang mengeluh :D

      Hapus
  2. kapan2 featuring karo bikelander, cak..

    BalasHapus
  3. siap, asal ojo dijak munggah ae hihihihi

    BalasHapus